New Delhi – Selain ancaman perubahan iklim, dunia kini menghadapi risiko yang meningkat dari Penyakit Zoonosis Baru—infeksi yang menular dari hewan ke manusia—yang dapat mengancam ketahanan pangan global. Wabah flu burung (H5N1) di peternakan unggas dan demam babi Afrika (ASF) di peternakan babi adalah contoh nyata bagaimana penyakit dapat dengan cepat menghancurkan stok makanan penting dan menimbulkan kerugian ekonomi triliunan.
Para ahli kesehatan global memperingatkan bahwa praktik pertanian intensif dan deforestasi yang mempersempit batas antara habitat liar dan domestik meningkatkan peluang virus untuk “melompat” antarspesies. Penyakit-penyakit ini tidak hanya membunuh hewan ternak, tetapi juga memicu proteksionisme pangan; negara-negara dapat tiba-tiba menutup perbatasan mereka terhadap impor daging atau produk pertanian dari wilayah yang terinfeksi, mengganggu rantai pasok.
Untuk melindungi ketahanan pangan, pemerintah harus berinvestasi dalam pendekatan One Health yang terintegrasi, yang menyatukan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Langkah-langkahnya meliputi peningkatan standar biosekuriti di peternakan, pengawasan yang lebih ketat terhadap pasar hewan hidup, dan insentif bagi petani untuk mengadopsi praktik beternak yang lebih berkelanjutan dan tidak terlalu padat. Pencegahan di sumbernya jauh lebih efektif daripada penanganan wabah.